Thursday, January 16, 2014

SAAT ANG CACAR AIR

Mulanya hanya hangat, kami anggap biasa. jadwal nonton bioskop di Blitz Balikpapan plaza yg sdh dijanjikan sama ang, bocah lelaki kami ingin kami tunaikan. filmnya Ragnarok, sebuah film norwegia yg bercerita tentang arkeolog yg mencari jejak bangsa viking dan ketemu ular purba yang disebut Ragnarok.
pulang dari nonton yang selesai sekitar jam setengah delapan malam, badan ang terasa hangat namun belum ada bintik berair. Dan malam usai makan, ang tidur seperti biasa. Besok pagi hari sekolah. ang tetap harus sekolah bersama teman2nya sesama kelas satu SD.

jadwal harian ang masih seperti biasa. pagi sekolah sampai jam 10 lewat,  pulangnya ngaji dulu sampai jam 11.30. setelah itu makan siang dan istirahat. boleh nonton, tidur siang atau main dengan teman.
Namun usai pulang sekolah, badannya panas. Diwajahnya ada beberapa bintik berair, dibadannya lebih banyak. wah.. ini pasti cacar air.

Hari ini sdh hari ke 4. 4 hari pula ia diisolasikan dari Ryu adiknya. Tidak sekolah dan hanya istirahat di rumah. panasnya sudah tidak lagi, bintiknya sudah mulai mengering, obat dari dokter Bambang spesialis anak manjur juga. Namun manjanya, rewelnya dan rindunya sama Ryu adiknya tetap membuncah.

semoga 2-3 hari ini semakin membaik. Ang cepat sembuh. Bisa sekolah lagi, bisa peluk adikny lagi. aamiin.

Sunday, January 05, 2014

TERORIS, PAHLAWAN DAN LEBAY-ISME

kabar terbaru, 6 terduga teroris ditembak mati densos 88 di malam tahun baru 2014 di ciputat. puluhan senjata, ratusan amunisi, belasan bom jenis high explosive siap ledak ditemukan di rumah peneror. lebih 30 vihara, gereja, monas, kantor dubes AS, hingga candi borobudur ada didaftar target peledakan.
 Bayangkan, jika malam tahun baru lalu teroris ini tidak terdeteksi dan peledakan itu terjadi, bayangkan berapa jiwa yang mati tanpa tahu kenapa ada org yang memilih menjadi raja tega? Belasan atau mungkin ratusan orang akan terluka dan tewas. Ada anak-anak, orang tua, islam, non islam, orang baik-baik, copet dan sebagainya.
Lantas ketika teroris itu mati, pekikan takbir menggelegar menyambut mayatnya. Orasi provokasi jihad mengiringi penguburannya. Dan ratusan pengantar merasa merekalah para pahlawan. Apa karena mereka tewas diterjang peluru densus yang mereka anggap alat dari kafirun? ah, sungguh tidak masuk akal. inikah gejala sakit jiwa no 23?
Seandainya bom itu meledak dan menewaskan keluarga, anak cucu mereka, apakah mereka tetap lantang bertakbir dan memuja teroris itu sebagai pahlawan jihad? ah.. lebay banget.
Buat para teroris atau calon teroris, saya usul nih. kalau Israel terlalu jauh untuk dipakai ladang jihad, bagaimana kalau para koruptor, keluarganya, rumahnya yang dijadikan medan jihad? Daripada merampok bank atau toko emas, (mungkin) mending merampok koruptor, harta bandar narkoba, germo, artis porno dan mafia judi.
Bagaimana? ini mungkin bisa menjadi lahan jihad yang lebih bermakna dan berguna bagi kebaikan bangsa dan negaea sekaligus meringankan tugas kepolisian dan KPK. Selamat berjuang.

Monday, December 30, 2013

SOEKARNO DAN INDONESIA RAYA

menjelang akhir tahun, nonton film SOEKARNO bersama keluarga kecil kami. saya, istri dan 2 bocah lakilaki kami. saya tidak peduli dengan demo anti film ini, sy percaya dengan kapasitas Hanung Bramantyo sebagai sutradara dan penulis naskah yg pasti tidak main-main mewujudkan kisah sejarah bapak proklamator, bapak bangsa, presiden pertama, dan detik sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia.
Dan menit pertama film dimulai adalah hal yang tidak biasa dan menurut saya hal yang luar biasa. Muncul tulisan yang menghimbau seluruh penonton untuk berdiri sejenak,lho.. buat apa? sudah enak duduk, gedung sudah gelap kok malah diminta berdiri. ternyata film dibuka dengan lagu Indonesia Raya dan penonton dihimbau untuk berdiri menghargai lagu kebangsaan ini. bagaimana reaksi penonton?
Dari 7 baris penonton, hanya 2 baris yang berdiri termasuk saya, istri dan 2 bocah kami. Berdiri dan ikut menyanyi terharu sekaligus sedih. Kenapa sebagian dari kita merasa malu, tidak penting, lebay untuk berdiri sejenak (yang tidak sampai 5 menit) menghormati dan merasa bangga dengan lagu kebangsaan sendiri?
Tolong bantu saya menjawabnya.... karena sy kehabisan kata-kata melihat hal yang tidak masuk akal saya.

Monday, September 09, 2013

OLD FRIEND IN THE WRONG PLACE

seorang pria tambun berjalan tergesa di ruang emergency kemarin malam. wajahnya terasa familiar serasa kenal beberapa waktu lampau. tapi memory tidak cukup kuat untuk mengingat namanya dan dimana kenalnya. sy seperti mengalami dejavu. lelaki tambun itu tergesa karena istrinya yg memang dirawat diruang biasa diberitakan masuk rawat intensif di ICU karena kondisinya menurun.
saya merasa sangat mengenal lelaki itu namun masih gagal untuk mengingat nama dan dimana pertemanan.
Hingga hari ini sy sengaja menelusuri identitasnya lewat file istrinya di ICU. dan tidak salahlagi, lelaki itu adalah teman baikku dulu saat kerja di Pelni. 13 tahun yang lalu. tahun 2000. sy samperin, berpelukan. berbagi rindu dan cerita sebagai teman lama, meski saya juga menyadari kalau dia lagi galau dengan kondisi istrinya.
lelaki itu bernama Astera. saya mengenalnya dulu sebagai jenang 3 kapal bukit raya. kapal penumpang tipe kecil, tipe 1000 yang dulu mengarungi pulau2 kecil yang terserak di lau sumatera. kini ia naik level ke jenang 1di kapal bukit siguntang. kapal penumpang tipe paing besar, tipe 2000. jenang adalah jabatan dikapal yang mengatur akomodasi dan konsumsi penumpang dan awak kapal. .
sayang, kami harus bertemu di waktu dan tempat yang tidak tepat. atau ini malah waktu dan tempat yang sangat tepat. entahlah. tergantung dari sudut pandang mana kita menilai.
bro, semoga isteri cepat pulih lagi. dan kita bisa berbincang ditempat yang seharusnya kitabercengkrama.

Friday, September 06, 2013

POST HIBERNASI

setelah hibernasi sekian lama. rumah ini kembali hendak dibuka. mungkin sampahnya banyak, engselnya berkarat, jendela yang dibuka berderit sekarat. dan mulailah bersih bersih dulu. setelahnya baru dihias dan diisi dengan memori, ide, opini atau sekadar keluh kesah. nantikan saja