Saturday, December 19, 2009

PARANGTRITIS, MELIHAT MATAHARI EMAS TENGGELAM



Ini sebenarnya posting yang tertunda. Karena hari itu kamis, 2 hari sebelum waktu balik ke Balikpapan. Dan kami beruntung dapat pinjaman motor dari sepupu yang kuliah di jogja. Tour de jogja kali ini bakal lebih leluasa dan menyenangkan. Dan kali ini kami memutuskan untuk menikmati sunset di pantai Parangtritis.
Mengikuti petunjuk jalan dan modal bertanya-tanya setelah mutar-mutar dicuaca Jogja yang luar biasa panasnya ini akhirnya kami menemukan jalan yang benar menuju Parangtritis.
2 km sebelum pantai, kita sudah dihadang loket tiket. 2000 rupiah untuk dewasa plus 1000 rupiah untuk motor. Harga yang cukup murah untuk sebuah obyek wisata meski di Kuta bahkan tidak dipungut biasa sama-sekali kecuali biaya parkir.
1 km sebelum pantai petunjuk belok parkir yang besar terpampang. Walau tukang parkir sudah nyemprit dan mengarahkan untuk belok parkir kami mengacuhkan. Capek bo bila harus jalan kaki 1 km untuk sampai di pantai.
Makin dekat pantai para tukang parkir makin edan. Bahkan mereka berdiri menghadang ditengah jalan supaya kita parkir ditempat mereka meski pantai masih cukup jauh. Saya sih punya prinsip, sy yang bawa motor terserah saya mau singgah parkir dimana selama itu tidak dilarang petugas resmi. Kalo tidak mau minggir dari jalan, jangan salahkan saya bila ketabrak. Hehehe.. Untungnya para tukang parkir itu mau minggir juga bila kita nekat maju. Akhirnya kami bisa parkir pas tanpa jarak ditepi pasir pantai. Mantap.
Naik dokar sepanjang pantai sungguh mendebarkan. Soalnya kudanya lari loncat-loncat dan pak kusir susah mengendalikan. Begitu dramatisnya sampai dokar miring hampir terbalik. Waduhhh..
Namun pengalaman mendebarkan itu terbayar saat matahari sore yang keemasan sudah mulai turun. Ombak yang cukup besar menambah dramatisasinya. Sungguh indah.
Sayangnya pantai ini kebersihannya kurang dijaga. Tempat sampah pun jarang ditemukan. Yang cukup jempolan adalah keamanannya. Diberbagai tempat, ada kolam keselamatan buat anak-anak supaya tidak mandi di laut lepas. Ada penjaga pantai dengan perlengkapan SAR-nya. Matahari sudah tenggelam, malam menjelang. Sudah saatnya kami pulang kembali ke km 0, 28 km dari pantai parangtritis. Tancaaappp.

Friday, December 18, 2009

DAGADU ASELI DJOGJA ITOE TJOEMAN 3, LAINNJA NOEMPANG OENTOENG SADJA.


Dagadu adalah salah satu ikon yogya. Mirip Joger di Bali. Komoditi utamanya pakaian dan gimmik dengan kekuatan tulisan humornya. Dagadu masuk Top 250 Indonesia Original Brand 2009 versi majalah SWA.
Namun disepanjang Malioboro dan pasar-pasar, kaos yang terinspirasi dan numpang untung dari kreatifitas dagadu menyerbu dengan dahsyat. Pemasaran dan promosinya pun menggurita bahkan dengan konspirasi dengan tukang becak yang menjadi raja mangkal di jalan sepanjang malioboro.
Padahal Dagadu yang aseli itu hanya membuka 3 kanter resmi plus 1 layanan kiriman paket dengan nama yang semuanya unik menggelitik. POSYANDU (Pos Layanan Dagadu) terletak di lower ground mal malioboro. UGD (unit Gawat Dagadu) di Pakuningratan no 15. DPRD (Djawatan Pelajanan Resmi Dagadu) di Centro Plaza Ambarukmo. Dan PESAWAT (Pesanan Lewat Kawat) berupa layanan pembelian lewat website resmi Dagadu di www.dagadu.co.id
Dengan penasaran dan rasa keinginan yang kuat, setelah berhitung arah peta, maka kami memutuskan untuk berjalan menuju ke markas besar Dagadu, yang di sebut UGD alias Unit Gawat Dagadu. Letaknya di jln Pakuningratan, jalan yang diapit jalan magelang dan jalan Sangaji. Tidak jauh dari tugu Yogya (bukan stasion tugu ya).
Kami tiba jam 8.35 pagi. Ternyata UGD belum buka. Kata sekuriti, bukanya jam 9 pagi hingga 9 malam. Menunggu setengah jam gak masalah, kaki pegel juga tidak masalah. Kepuasannya dapat setelah mendapati markas aseli Dagadu ini. Yang unit di UGD ini, bila berbelanja 250 ribu maka akan dapat dart untuk sekali lemparan. Bila mengenai nomor yang ada maka hadiah kaos atau topi bisa direlakan. Kalo meleset tetap ada hadiah berupa stiker dagadu.
Menurut kami, dibanding Joger Bali, rumah resmi Dagadu masih kalah artistik dan kalah lucu. Namun Dagadu menang di banyaknya kanter resmi yang mencoba lebih mendekatkan diri dengan masyarakat dan penetrasi langsung ke pusat perbelanjaan.
Diusianya menjelang 16 tahun di Januari 2010 nanti, semoga Dagadu makin digdaya ditengah gempuran produk mirip dagadu..

Tuesday, December 15, 2009

WISATA SEJARAH DENGAN TRANS JOGJA, DARI KERATON HINGGA PRAMBANAN



Kali ini kami memutuskan untuk bertualang bersama bus Trans Jogja, busway ala Jogja. Cukup dengan pas 3000 anda bisa keliling jogja. Sangat ekonomis bukan.
Pagi sekali sebelum sarapan, kami berjalan menuju pasar tradisional Beringharjo. Pasar terbesar dan terlengkap di Jogja. Jarak dari hotel tidak jauh-jauh amat, tidak sampai 1 km. Disana kami hanya membeli jajanan pasar yang sangat murah meriah. Mungkin karena kepagian, masih banyak kios yang belum buka. Tak mengapa, yang penting lokasinya sudah tahu. Supaya seru, pulangnya kami tidak melalui jalan yang sama.
Usai sarapan dan mandi, tour segera dimulai. Mumpung masih fresh dan merasa cantik ganteng, kami singgah dulu di Ratri Image di lantai 3 Mirota Batik untuk berfoto adat jawa ala bangsawan kraton. Untuk 6 pose, cukup membayar 70 ribu untuk ukuran foto 4R. Baju, riasan dan asesoris disiapkan oleh studio. Sangat layak untuk dicoba bukan?.
Sebagai penghormatan, kami mulai tour dari kilometer nol. Tepatnya di Keraton. Tiket masuk hanya Rp.5000 perorang ditambah 1000 untuk ijin motret. Semuanya boleh difoto kecuali museum batik. Mungkin tujuannya agar isi museum tetap asli, tetap sakral dan tidak dijiplak (entar ada lagi yang tiba-tiba ngaku batik ini itu punya negaranya..).
Dari keraton, perut sudah keroncongan. Kami mencoba gudeg di daerah wijilan. Tempat yang konon menjadi sentra gudeg enak di jogja.
Adventure begin. Dari wijilan, naik becak ke halte busway terdekat. Dan menurut keterangan petugas halte, tempat perhentian terjauh adalah Prambanan. Okelah kalo begitu. Kami ikut sampai Prambanan. Toh bayarnya sama saja 3000 meski untuk sampai prambanan bisa ganti bus hingga 3 kali. Prambanan itu sendiri sdh ujung Jogja, bahkan berbatasan dengan Klaten. Dari halte Prambanan, naik becak motor Rp 5000 untuk ke Candi Prambanan. Sampai di loket, tiket masuk 12.500 perorang tapi lebih disarankan ambil paket tour Prambanan + Kraton Ratu Boko yang ditawarkan petugas. Lebih hemat dan transport disiapkan pergi dan pulang secara gratis. Hanya 20 ribu perorang. Bandingkan kalo ambil terpisah. Untuk masuk keraton Ratu Boko sendiri bayar 10 ribu, belum ditambah ongkos transport.
Keraton Ratu Boko, historinya konon adalah tempat ayahanda dan keluarga Roro Jonggrang. Putri yang membuat hati Bandung Bondowoso kepincut dan merindu setengah mati. Bahkan permintaan Roro Jonggrang untuk dibuatkan 1000 candi yang mesti jadi sebelum matahari terbit esok pagi disanggupi Bandung Bondowoso ini. Hal yang merupakan mission imposible dan memang itu disadari oleh Roro Jonggrang sebagai upayanya menolak halus cinta Bandung. Dan ketika 999 candi sudah siap dan yang ke 1000 sudah jadi setengahnya, muslihat Roro Jonggrang lainnya membuat semburat jingga langit yang pada waktu itu sebenarnya masih subuh. Bandung Bondowoso tertipu mengira fajar pagi sudah datang dan dia kesal. Kekesalannya itulah yang membuatnya mengutuk Roro Jonggrang hingga terbentukknya candi sewu dan candi Prambanan. Seandainya waktu itu Bandung Bondowoso sudah memakai jam tangan, tentu dia tidak akan tertipu. (hehehe).
Usai puas sekaligus cuapek hingga kaki serasa diganduli batu berkilo-kilo, kami pulang naik Trans Jogja. Kali ini sekali aja hingga ke Malioboro. Kami memutuskan hari ini cukup wisata kali ini. Besok kita rencana ke tempat yang lain lagi seputar Jogja.

MENYUSUR MALIOBORO MENUJU MIROTA, MENCARI BATIK MURAH BERKUALITAS

Hari kedua wisata ke jogja. Tujuan kali ini adalah MIROTA, tempat yang menjadi rujukan batik murah berkualitas, yang ada di jalan A. Yani depan pasar Beringharjo. Dari Mall Malioboro, cukup jalan kaki sekitar 700 meter ke arah kraton. Bisa juga naik trans jogja bayar 3000 atau becak. Tapi untuk jiwa petualang, lebih prefer on foot deh.
Disepanjang jalan Malioboro, aneka pernak-pernik menarik dari ribuan pedagang kaki lima boleh dilihat, ditawar dan dibeli. Lumayan cuci mata dulu. Sampai di Mirota Batik, pusat batik dan sovenir (itu kata di plangnya), di gerbangnya tertulis COPET DILARANG MASUK. 2 orang karyawan sudah berdiri menyambut penuh keramahan dengan pakaian adat jawanya. Harum kembang memenuhi hidung dan suara gending terdengar di seluruh ruangan gedung yang berlantai 3 ini. Lantai dasar tempat batik dari baju, celana, bed cover hingga dasi batik. Lantai 2 aneka asesoris dan kerajinan tradisional, dilantai 3 ada resto dan tempat berfoto dengan pakaian adat. Komplit dan menyenangkan.
Setelah cukup puas pada session ini (dan berjanji untuk datang lagi dihari mendatang), kami pulang. Juga dengan jalan kaki. Sampai di mall Malioboro, singgah dulu di POSYANDU atau POS PELAYANAN DAGADU. Sebutan untuk kanter resmi DAGADU yang terletak di lower ground Mall, depan Hero. Setelah itu beli Bakpia tiga rasa (kacang ijo, coklat dan keju) sekadar untuk cemilan di hotel.
Pulang dan tidur, mengumpulkan tenaga untuk besok hari.zzzzz...

Monday, December 14, 2009

WISATA NYAMAN DI JOGJA, episode 1

Sudah direncanakan sebulan sebelumnya, cuti kali ini akhirnya memutuskan boyongan keluarga ke Jogja, kota budaya, kota yang mempunyai Sultan dan Presiden. Waktu liburan sekitar 1 minggu. Semoga cukup waktu, tetap sehat, kaki kuat, duit cukup dan cuaca mendukung saja. Amin.
Meninggalkan bandara Sepinggan dengan Mandala pada jam 16.30 waktu Balikpapan, tiba di bandara Adi Sutjipto jam 17.44. Sambutan pertama mengesankan. Masuk terminal kedatangan disambut karawitan atau musik gamelan. Wuihh.. meski kami orang bugis. namun musik memang universal, iramanya cukup menenangkan. Bandaranya sih masih lebih besar Sepinggan. Lebih teratur dan petugasnya lebih ramah. Padahal ini Jogja yang dalam pikiran saya orangnya halus dan penuh tata krama. Tak apalah, itu gak penting. Yang jelas, Jogja, kami sudah datang!!.
Setelah mangambil koper, kami memutuskan ambil taxi bandara saja. Meski banyak sekali yang menawarkan kendaraan lain. Namun pertimbangan lebih aman, lebih terpercaya dan praktis, taxi bandara inilah solusinya. Kalo yang paling ekonomis, tentu saja boleh nunggu bus Trans Jogja, busway ala Jogja. 3000 rupiah saja sekali naik per satu bus itu kemanapun rute busnya. Tujuan kami malioboro, tempat kami nginap nantinya. Tarif taxinya 50 ribu. Okelah kalo begitu.
Sampai di hotel, kami memutuskan istirahat saja. Paling jalan diseputar hotel. Asyiknya lagi, hotel ternyata bergandengan dengan mal Malioboro. wah.. kejutan yang sangat menyenangkan.
Jadilah malam ini makannya di mall aja. Soalnya mau makan di Malioboro, ngeri juga. Soalnya setelah browsing di internet, hampir tidak ada yang merekomendasikan makan di warung lesehan sepanjang Malioboro. Konon katanya kurang maknyus, bahannya meragukan dan harganya yang sudah dimark-up. Nah, menakutkan kan?? Makanya Mall menjadi tempat yang lebih nyaman. Semoga tidak disebut neolib lantaran tidak pro warung rakyat kecil. hehehe..
Habis makan, pulang istirahat di hotel. Besok baru rencana mulai. zzzzz....